Jumat, 22 April 2011

Printer LX-800

Jakarta, 10 Mei 1993
Awal perbaikan milik konsumen yang membawa seperangkat Printer dengan type LX-800. Keluhanya? Hasil cetaknya kurang bagus/ font_nya beda dengan yang tampil dimonitor seperti tidak rata. Maklum printer jenis Dot Matrix yang masih terlihat mulus.
Dengan semangat barang tersebut langsung kami tangani dengan se_rekan magang saya (Bambang), tanpa dicoba lebih dahulu langsung tancap gas ngebongkar dengan pelan dan keyakinan. Emang sih printer terlihat kotor and banyak butiran kertas dari kertas jenis continous-paper. Mungkin itu penyebab karakter tidak bagus. Setelah bersihkan cassing sempat saya cuci segala tuh printer, jadi bener2 kinclong. Setelah kering printer di tes dengan menekan tombol Line Feed dan On Feed disertai Switch Power ON disebelah samping kiri (sebagai self test) cetakanpun jalan tanpa CPU eh..karakter/ font_nya bagus. Mulai deh besoknya saya and temen ngirim Printer tersebut atas perintah Instruktur (maklum masih anak buah), dengan alamat: Office. GSP Production lantai 8 Gedung Patra Jasa.
Begitu dipasang + running apa yang terjadi? Kata sekretaris "kok masih jelek mas hurupnya?", Uuikk.. (gerutuku) teknisi mana yang gak pucat pasi kalo begini? Kok bisa gitu ya? Tuh printer dibawa ke workshop dicoba lagi, kok hurufnya bagus? "Coba ganti kabel data printer!", kata Instruktur. Printer_pun dibawa lagi ke kantor GSP Production dengan membawa peralatan servis plus kabel data print.
Terus apa yang terjadi setelah dicoba kembali? Hasil cetakan masih sama juga seperti kemarin sebelum dibongkar. Nah loo..?! Aku dan temen magang udah nggak karuan jantung dag-dig-dug. Apalagi aku ngelirik kebelakang "wadduh..ada mas Guruh Soekarno",aku sambil nyikut temenku yang geleng kepala, ampun tuh keringet udah kayak mandi. Singkat cerita, aku mulai curiga pada Voltage tempat itu, mulai deh kluarin peralatan perang (MULTITESTER). Ku ukur...busyeeett pantes aja printer jadi kacau,  jadi biang keroknya  berada disumber tegangan listrik gedung itu. Yang seharusnya 220 Volt kok terbaca cuma 170 Volt? Langsung deh laporan ke komandan eh maaf Instruktur dengan numpang telpon sekretaris. Berhubung udah sore kantor mau tutup, kami pulang dengan tangan hampa. Besoknya kami bawa Trafo Step-Up Stabilizer 500 watt milik workshop. Kemudian.. jreeng.. alhasil cetakan bagus. Alhamdulillah.. Lega rasanya. Nih pengalaman pertama begitu men...jengkelkan, malu and senang campur jadi satu.
Kenapa Printer ini harus pakai Trafo Stabilizer? Karena system power supply_nya tidak AC Matic seperti Power Supply CPU, Monitor, ataupun pada Televisi saat ini dengan System Switching Regulator.
Semoga problem seperti ini bisa dijadikan solusi/ refferensi kerja rekan yang lainya. Salam.